George Frederic Handel
Saturday, March 9, 2013
0
comments
{[["☆","★"]]}
George Frederic Handel lahir pada tahun 1685. Handel
adalah seorang Jerman dan dibesarkan di lingkungan Lutheran. Dia hidup
sezaman dengan Bach. Namun, Handel dan Bach tidak pernah bertemu.
Walaupun banyak buku riwayat komponis-komponis besar menyebutkan Bach
lebih awal, faktanya Handel lahir beberapa minggu lebih dulu, yaitu 23
Februari 1685. Ayah Handel adalah seorang "ahli pemangkas rambut" yang
praktis dan polos. Dia memutuskan untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah
hukum. Meskipun Handel muda sudah menunjukkan bakat musik yang
istimewa, ayahnya tidak mengizinkannya untuk masuk sekolah musik.
Saat Handel berusia sekitar 8 atau 9 tahun, seorang
bangsawan Jerman mendengarkan dia memainkan organ saat mengiringi
ibadah. Bangsawan itu meminta ayah Handel agar memberikan pelatihan
musik secara formal untuk anaknya. Beberapa tahun kemudian, saat Handel
berusia 12 tahun, ia sudah mengarang lagu dan memainkan organ dengan
begitu mahir. Tidak jarang dia menggantikan gurunya untuk memainkan
organ.
Pada suatu hari Minggu, setelah menghadiri ibadah di sebuah
gereja di luar kota, Handel bertanya kepada seorang organis di sana
apakah dia boleh memainkan organ. Ketika jemaat-jemaat mulai
meninggalkan gereja, Handel memainkan organ dengan begitu memukau,
sehingga orang-orang yang akan pulang, kembali ke tempat duduknya dan
tidak mau beranjak pergi. Petugas organis menghentikannya, dan
memintanya untuk tidak memainkan organ jika seluruh jemaat belum pulang.
Pada tahun 1706 -- 1710, dia pergi dan menetap di
Itali. Di sana, dia bekerja sebagai anggota musik istana. Dia menjadi
pemain biola, dan mengarang lagu untuk teater opera Hamburg. Setelah
itu, dia hijrah ke Roma. Di Roma, dia menulis karya musik dan orkestra
bertema religius yang pertama -- "The Resurrection". Di Itali, dia
bertemu dengan beberapa musisi sezamannya, salah satunya Domenico
Scarlatti.
Pada tahun 1712, setelah beberapa waktu tinggal di
istana Hanover, dia hijrah ke Inggris. Dia menghabiskan sisa hidupnya di
sana. Di Inggris, dia mengubah namanya menjadi Georg Friedrich Hendel.
Dia mengganti huruf "a" dengan huruf "e". Sejak itu, beberapa penerbit
menggunakan ejaan yang berbeda-beda untuk menyebutnya. Di Inggris,
Handel membuat karya terbesarnya, sekaligus mengalami kemunduran
pribadi. Tidak adanya sponsor tetap dari pihak kerajaan, persaingan
dengan komponis Inggris yang ternama, dan penonton yang tidak selalu
mendukung dan sulit dipuaskan, membuatnya mengalami kerugian
berkali-kali. Salah satu karya drama alkitabiahnya yang kontroversial,
"Ether and Israel in Egypt", yang ditampilkan di teater-teater sekuler
dikecam oleh gereja Inggris. Hasil penjualan tiket pertunjukannya juga
kalah bersaing dengan industri-industri yang lain. Namun, dia tetap
berusaha tanpa lelah untuk memulihkan kondisinya, hingga kesehatannya
menurun.
Menjelang tahun 1741, dia terjerat hutang besar.
Tanggal 8 April 1741, dia mengadakan pertunjukan yang disebutnya sebagai
konser perpisahan. Bahkan, dia merasa harus pensiun pada usia 56. Akan
tetapi, dua peristiwa yang tidak dinyana-nyana terjadi, dan mengubah
hidupnya. Salah seorang temannya yang kaya, Charles Jensen, memberinya
sebuah buku yang berisi syair lagu opera bersumber pada kehidupan
Kristus yang seluruhnya diambil dari Alkitab. Dia juga diminta Dublin,
organisasi penggalang dana, untuk mengadakan pertunjukan amal. Dia pun
mengerjakan karyanya di rumah kecilnya di Jalan Brook di London. Saking
asyiknya, dia pun jarang keluar dari kamarnya. Dia beristirahat hanya
untuk makan. Dalam waktu 6 hari, bagian satu sudah selesai. Dalam waktu 9
hari, dia sudah menyelesaikan bagian dua, dan 6 hari kemudian, bagian
tiga. Sekumpulan lagu-lagu orkestra utuh pun diselesaikan 2 hari
berikutnya. Semua karyanya (berjumlah 260 halaman) diselesaikan dalam
jangka waktu 24 hari.
Sir Newman Flower, salah satu dari penulis biografi
Handel, mengatakan, "Lagu Handel ini akan bertahan, mungkin selamanya.
Benar-benar suatu pencapaian terbesar di sepanjang sejarah karangan
musik." Karyanya itu berjudul "Messiah" dan dipentaskan pertama kali
tanggal 13 April 1742 untuk acara amal. Dari pertunjukan itu, mereka
berhasil mengumpulkan uang 400 pound dan membebaskan 142 narapidana yang
terbelit hutang. Setahun kemudian, Handel mementaskannya di London.
Kontroversi pun muncul dari gereja Inggris yang terus berkelanjutan
menghantam Handel. Akan tetapi, Raja Inggris menghadiri pertunjukan
Handel. Saat syair lagu kemenangan "Haleluya" pertama kali
diperdengarkan, sang raja berdiri, lalu protokol kerajaan dan seluruh
penonton pun berdiri. Segera sesudah peristiwa ini, karier Handel mulai
meroket. Popularitas yang diraihnya dengan susah payah mampu bertahan
hingga kematiannya. Menjelang kematiannya, "Messiah" ditetapkan sebagai
standar lagu drama. Pengaruhnya terhadap komponis-komponis lain sangat
luar biasa. Ketika Haydn mendengar lagu "Haleluya", dia menangis seperti
seorang anak kecil, kemudian berseru, "Dialah guru kita semua!"
Handel memimpin lebih dari tiga puluh pertunjukan
"Messiah". Konser-konsernya sangat menguntungkan bagi rumah sakit yang
memelihara anak-anak terlantar. Banyak dermawan yang menyumbang dalam
pertunjukan Handel. Mendengar ribuan pound yang diperoleh dari
pertunjukan "Messiah" dikumpulkan untuk amal, seorang penulis biografi
berkomentar, "'Messiah' benar-benar memberi makan kepada yang lapar,
memberi pakaian kepada yang telanjang, memberi perlindungan bagi yatim
piatu, lebih dari produksi musik tunggal yang lain." Penulis lain
berkata, "Kemungkinan tidak ada karya dari komponis lain yang memberi
kontribusi begitu besar dalam melegakan penderitaan manusia." Karya ini
memiliki dampak rohani yang luar biasa bagi kehidupan para pendengarnya.
Salah seorang penulis menyatakan, "Lagu ini cukup berhasil meyakinkan
ribuan orang bahwa ada Tuhan di sekitar kita, bahkan lebih meyakinkan
daripada semua karya teologis yang pernah ditulis." Seusai pertunjukan
"Messiah" untuk kali pertama di London, Lord Kinnoul menyelamati Handel
atas "hiburan" yang luar biasa tersebut. Handel menjawab, "Tuan, maafkan
saya karena saya hanya menghibur mereka, saya berharap saya bisa
membuat mereka menjadi lebih baik."
Keyakinan religius Handel dalam menciptakan karya
religius terpopuler di seluruh dunia, membingungkan banyak ahli di
bidang musik. Meskipun komponis opera sekuler dan orkestra ini, tidak
mengikuti pola pada umumnya, namun dia adalah seorang pengikut Kristus
yang setia dan sangat terkenal karena kepeduliaannya terhadap sesama.
Moralitas Handel benar-benar tidak bisa disepelekan. Di gereja, dia
sering berlutut dan mengekspresikan semangat pengabdiannya yang
menyala-nyala lewat penampilan dan gerakan-gerakan tubuhnya.
Keteguhan hatinya membuatnya mampu melewati masa-masa
terburuk. Dia tetap tegar dan semangat meskipun menghadapi berbagai
tantangan. Sayangnya, sebagai sarjana konformis, Handel diketahui suka
mengumpat dalam beberapa bahasa, setiap kali dia mulai marah. Namun,
pada saat yang sama, dia bisa mengakui kesalahannya dan meminta maaf
dengan cepat. Handel dikenal karena pendapatnya yang sederhana dan jujur
tentang diri dan bakatnya.
Temannya, Sir John Hawkins, menuliskan bahwa Handel
mewujudkan nilai-nilai keagamaan yang mendalam melalui hidupnya. Dia
senang memasukkan ayat-ayat dalam Kitab Suci ke dalam musiknya.
Perenungannya tentang perikop-perikop yang agung dalam kitab Mazmur yang
mengagumkan, telah memberikan kontribusi untuk pertumbuhan rohaninya.
Secara fisik, Handel memiliki perawakan tinggi,
bertulang besar, dan bersuara keras. Dia sering memakai wig warna putih
yang indah, dengan model keriting yang terurai hingga ke bahunya. Gaya
bicaranya pun mudah dikenali. Dia sering mencampur bahasa Inggris dengan
berbagai kata dari bahasa Jerman, Prancis, dan Itali. Namun, lebih dari
itu, Handel dikenal secara mendunia karena kemurahan hati dan
kepeduliannya kepada orang-orang yang menderita. Handel bahkan
memberikan amal meskipun dia mengalami kebangkrutan finansial. Dia orang
yang sangat optimis dan tidak mengenal lelah. Imannya kepada Allah
membuatnya bertahan melewati setiap kesulitan. Karena dibesarkan menjadi
seorang Lutheran yang tulus, dia tidak memiliki kecenderungan untuk
memihak satu sekte dan denominasi apa pun.
Beberapa hari sebelum Handel meninggal, dia
mengatakan keinginannya untuk mati pada hari Jumat Agung, dengan harapan
bertemu dengan Allahnya yang baik, Tuhan dan Juru Selamatnya yang
manis, pada hari Kebangkitan. Dia hidup hingga hari Sabtu Suci pagi,
tanggal 14 April 1759. Kematian pun menjemput 8 hari kemudian, setelah
dia memainkan karya besarnya, "Messiah", untuk terakhir kalinya.
Sahabatnya, James Smyth, menulis, "Handel meninggal
saat dia menjalani hidup Kristen yang saleh, baik kepada Allah dan
kepada sesama. Amalnya bagi dunia sungguh sempurna." Handel disemayamkan
di Westminster Abbey, dan dihadiri sekitar 3.000 orang yang melayat.
Sebuah patung yang memperlihatkan dia yang sedang memegang naskah
solonya yang terbuka di bagian ketiga lagu "Messiah", yang berbunyi,
"Aku tahu bahwa Penebusku hidup", didirikan di atas makamnya.
Semasa hidupnya, tidak jarang Handel mendapat
cibiran. Bahkan, tokoh religius setenar John Newton (pengarang himne
"Amazing Grace") pun menentang pertunjukannya yang dianggap "sekuler"
itu. Namun demikian, Handel tidak menanggapi dengan menyerang balik
saudara-saudara Anglikannya. "Salah satu kebahagiaan dalam hidupku
adalah tinggal di sebuah negara yang penduduknya tidak ada yang
menderita akibat pelecehan atau ketidaknyamanan yang terkait dengan
prinsip-prinsip agamanya," katanya.
THANK YOU FOR YOUR VISIT, PLEASE COME BACK SOON...
Title: George Frederic Handel
Written By Kristofani
Hopefully this article useful to you. If you wish to quote either part or all of the contents of this article, please include dofollow links to http://kristianporung.blogspot.com/2013/03/george-frideric-handel.html. Thank you for reading this article.Written By Kristofani
0 comments:
Post a Comment