Ajaran Alkitabiah Tentang Neraka (Biblical Doctrine About Hell)
Thursday, March 7, 2013
0
comments
{[["☆","★"]]}
Sebuah statistik hasil survey
di Amerika menampilkan persentase dari responden yang menjawab
pertanyaan “apakah neraka itu ada?” sebagai berikut: 52% orang dewasa
yakin bahwa neraka ada; 27% berpikir mungkin neraka itu ada. Kemudian
jawaban responden untuk pertanyaan “seperti apakah neraka itu?” 48%
percaya bahwa neraka adalah tempat yang benar-benar ada di mana
orang-orang menderita siksaan; 46% berkata bahwa neraka lebih merupakan
eksistensi dalam keadaan dukacita ketimbang tempat yang benar-benar
nyata; dan 6% tidak tahu. Survey lainnya mencatat 76% orang percaya
tentang adanya surga, dan hanya 6% percaya adanya neraka. Sebuah
pemungutan suara oleh organisasi Gallup pada tahun 1990 melaporkan bahwa
66% dari orang-orang Protestan Amerika dan 57% orang-orang Katolik
percaya akan keberadaan neraka. Sementara itu, Grant R. Jeffrey
menyatakan “terlepas dari fakta bahwa kebanyakan kaum awam di banyak
denominasi masih percaya akan neraka, kebanyakan teolog menunjukkan
bahwa ini tidak lagi merupakan sesuatu yang benar bagi mereka. Dari para
teolog yang dijajaki, 66% dari teolog Protestan dan 39 dari Katolik
mengungkapkan ketidakpercayaan mereka tentang doktrin neraka”.
Memang, neraka adalah sebuah topik pembicaraan yang
paradoks! Di satu pihak tidak disukai karena sifatnya yang menakutkan,
mengerikan, dan dibesar-besarkan secara berlebihan. Namun di pihak lain
manusia mencoba menyangkal, menolak dan rasionalisasikannya. Sementara
itu, ada juga yang berpendapat bahwa neraka hanya menunjukkan sebuah
keadaan pikiran dan hati manusia saja; sedangkan yang lainnya menyamakan
neraka dengan kuburan di mana semua orang harus melaluinya.
Munculnya keraguan dan ketidakpercayaan tentang adanya neraka disebabkan oleh berbagai faktor.
Pertama,
tidak adanya cukup bukti yang mendukung adanya tempat yang disebut
dengan “neraka”. Tidak seorang pun dari manusia pernah mengalami mati,
pergi ke neraka dan kemudian hidup lagi dan menulis tentang pengalaman
tersebut. Pemahaman seperti ini tentu saja merupakan pemahaman yang
berbeda dari apa yang dikatakan oleh Alkitab, yang dengan jelas
menunjukkan adanya neraka. Kedua, pengaruh abad
pencerahan dan pasca pencerahan. Anthony Hoekema menjelaskan bahwa
“doktrin tentang penghukuman kekal bagi orang fasik telah diajarkan
dalam gereja dari sejak semula. Harry Buis, dalam Doctrine of Eternal
Punisment, mengutip tulisan sejumlah bapa-bapa gereja awal untuk
menunjukkan bahwa doktrin ini telah diajarkan kepada mereka. Buis
menujukkan bahwa teolog-teolog abad pertengahan maupun reformasi juga
percaya dan mengajarkan tentang penghukuman kekal bagi orang-orang
fasik. Namun demikian, menurut Buis, sejak abad delapan belas sejumlah
teolog Kristen mulai menolak doktrin penghukuman kekal. Penolakan
terhadap doktrin penghukuman kekal tersebut lebih dipertegas lagi pada
abad sembilan belas dan terus berlanjut hingga hari ini”. Ketiga,
kesalahan dalam memahami natur (sifat) Allah yang maha pengasih dan
mahabaik. Orang-orang ini berkata “jika Tuhan itu pengasih dan baik, Ia
tidak akan menciptakan neraka untuk menghukum manusia”. Tampaknya, ini
sangat rasional dan logis menurut pemikiran orang-orang skeptis. Hal ini
disebabkan ketidaktahuan tentang satu-satunya Allah yang benar itu.
BERBAGAI PANDANGAN TENTANG NERAKA
Berbicara tentang kasih, kebaikan dan keadilan Allah
dalam hubungannya dengan dosa dan kejahatan manusia, yang berakibat pada
hukuman kekal di neraka, membawa manusia ke dalam percarian jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan klasik yang paling banyak ditanyakan dan
dikomentari. Beberapa dari pertanyaan itu adalah sebagai berikut:
“Bagaimana mungkin Tuhan penuh kasih mengirim seseorang ke neraka? Jika
Tuhan itu baik, bagaimana mungkin Dia bisa begitu kejamnya menyiksa
manusia di neraka? Bagaimana mungkin Tuhan yang kasih dan baik itu
membuat neraka yang mengerikan itu? Tuhan tidak adil apabila menghukum
dosa yang sementara itu dengan hukuman kekal?” Inilah adalah empat
pertanyaan dari banyak pertanyaan yang telah mengusik banyak orang untuk
memberi tanggapan.
Sifat manusia yang ingin mendapatkan jawaban yang
pasti dari pertanyaan-pertanyaan di atas, telah menggiring manusia
menerima satu atau lebih dari beberapa pandangan berikut ini:
Pertama, pandangan dari Ateisme dan Agnotisme.
Ini adalah pandangan yang menolak adanya neraka dengan lebih dulu
menolak eksistensi Allah. Pemazmur di zaman dahulu menuliskan “orang
bebal berkata dalam hatinya: tidak ada Allah”. Selanjutnya Pemazmur
mengatakan “busuk dan jijik perbuatan mereka, tidak ada yang berbuat
baik” (Mazmur 14:1).
Inilah alasan mengapa manusia menolak eksistensi Allah, manusia ingin
melarikan diri dari tanggung jawabnya kepada Allah dengan cara menolak
keberadaan Allah yang kepadaNya mereka harus mempertanggung jawabkan
perbuatan mereka.
Kedua, pandangan Universalisme.
Pandangan ini mengajarkan neraka dan penghukuman kekal tidak sesuai
dengan sifat kasih dan kemahakuasaan Tuhan. Pandangan ini mengajarkan
bahwa pada akhirnya semua orang akan diselamatkan. Pandangan dari
universalisme klasik mengajarkan bahwa orang-orang yang telah hidup
dengan tidak bertanggung jawab akan dihukum segera setelah kematian,
tetapi tidak seorang pun akan dihukum secara kekal. Dengan kata lain,
penghukuman tersebut bersifat sementara sambil menanti datangnya
keselamatan. Sedangkan Neo Universalisme mengajarkan bawa semua orang
saat ini diselamatkan, meskipun semuanya tidak menyadari hal itu.
Ketiga, pandangan Anihilisme.
Pandangan ini mengajarkan bahwa hukuman kekal sebagai pemusnahan akhir.
Pandangan ini muncul dalam dua bentuk yaitu imortalisme dan mortalisme.
Pandangan imortalisme mengajarkan bahwa manusia pada hakikatnya
diciptakan sebagai mahluk yang tidak dapat binasa atau abadi
(imortalitas), akan tetapi mereka yang yang terus hidup di dalam dosa
akan menjadi tidak kekal dan karena itu akan dianihilisasi atau
ditiadakan. Pandangan mortalisme mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya
diciptakan sebagai mahluk yang tidak kekal atau fana (mortalitas).
Mereka yang percaya menerima kekekalan sebagai anugerah dan karenanya
akan terus ada secara kekal di dalam kondisi yang penuh berkat setelah
kematiannya; sedangkan mereka yang tidak percaya tidak akan menerima
anugerah tersebut dan kerenanya akan tetap dalam kondisi tidak kekal
(fana), atau dengan kata lain kematian akan menjadikan mereka tidak ada
(anihilisasi). Imortalisme dan mortalisme sama-sama mengajarkan
anihilisasi (keadaan tidak ada), karenannya menyangkali ajaran tentang
hukuman kekal atau neraka.
Keempat, pandangan Konservatif. Pandangan ini mengajarkan bahwa upah dosa karena keberadaan kita sekarang adalah maut (Roma 6:23). Hukuman terakhir yang akan diberikan kepada orang yang tidak selamat yang mengalami kematian pertama adalah kematian kedua (Wahyu 20:14).
Pelaksanaan hukuman bagi orang yang tidak percaya sebagai hasil
penghakiman di tahta Putih adalah dilemparkannya mereka ke dalam lautan
api atau neraka (Wahyu 20:11-15). Lamanya hukuman itu akan selama-lamanya (kekal). Inilah pandangan Alkitabiah dari kaum Injili.
PEMIKIRAN DASAR MENGENAI NERAKA
Sebelum lebih jauh membahas perspektif Alkitab tentang neraka, perlu diperhatikan pemikiran-pemikiran mendasar sebagai berikut:
Pertama, neraka dapat didefinisikan
sebagai tempat orang-orang yang hidup tanpa Tuhan dan yang matinya
terpisah dari Tuhan untuk selama-lamanya.
Kedua, neraka bukanlah sebuah ilusi
melainkan suatu tempat yang nyata. Walaupun tidak ada yang tahu persis
letak neraka, hal ini tidak menjadikan neraka sebagai sesuatu yang
abstrak, tidak nyata, atau khayalan belaka.
Ketiga, satu-satunya sumber
informasi yang benar tentang neraka adalah Tuhan sendiri. Karena Ia
adalah satu-satunya Pribadi yang benar secara absolut dan dapat
dipercaya. Ia telah menyatakannya melalui Alkitab, dan dengan demikian
Alkitab dipandang sebagai kebenaran yang mutlak (absolut). Alkitab
memberikan pandangan Tuhan tentang neraka, walau pun Ia tidak memberikan
deskripsinya secara lengkap, tetapi fakta-fakta yang ada di Alkitab
sudah cukup bagi kita untuk mengerti betapa mengerikannya neraka.
Keempat, pada waktu Tuhan mencipta, semua yang diciptakannya itu baik, bahkan sungguh amat baik (Kejadian 1:12, Kejadian 18,Kejadian 21, Kejadian 25, Kejadian 31).
Tidak ada dosa, tidak ada kejahatan, tidak ada rasa sakit, tidak ada
kematian, dan tidak ada neraka. Salah satu hal baik yang diciptakan
Tuhan adalah bahwa mahkluk ciptaanNya memiliki kebebasan untuk memilih
yang baik. Agar mereka benar-benar memiliki pilihan, Allah harus
mengijinkan sesuatu yang berbeda dengan yang baik supaya bisa ada
pilihan. Karena itu Tuhan mengijinkan para malaikat dan manusia untuk
memilih yang baik atau yang tidak baik (jahat). Manusia dan malaikat
yang jatuh menggunakan pilihan bebas yang diberikan Allah itu untuk
memberontak terhadap Tuhan dan menginginkah hidup yang terpisah dari
Tuhan. Dan, satu-satunya tempat yang sudah Tuhan sediakan untuk terpisah
dari Dia selama-lamanya adalah neraka.
Kelima, dalam relasi antara Tuhan,
manusia, dan neraka, Alkitab menyajikan dua fakta berikut ini. Fakta
pertama, bahwa Allah sepenuhnya benar. Paulus menegaskan “...Allah
adalah benar, dan semua manusia pembohong, seperti ada tertulis: "Supaya
Engkau ternyata benar dalam segala firman-Mu, dan menang, jika Engkau
dihakimi." (Roma 3:4).
Fakta kedua, bahwa natur (sifat) manusia itu berdosa dan patut
mendapatkan hukuman Allah. Paulus menegaskan “seperti ada tertulis:
"Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang
berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang
telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat
baik, seorang pun tidak” (Roma 3:10-12). Selanjutnya Paulus menegaskan “Sebab upah dosa ialah maut” (Roma 6:23).
RINGKASAN PANDANGAN ALKITABIAH TENTANG NERAKA
Sekedar mengingatkan kembali, bahwa kita perlu
berhati-hati agar tidak melakukan kesalahan dengan cara menafsirkan
bagian-bagian tertentu dari Alkitab dengan metode hermeneutik yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Juga tidaklah bijaksana
memasukan atau memaksakan pendapat dari luar Alkitab dengan bukti
Alkitabiah yang tidak dapat dijamin kebenarannya. Kadang-kadang hal ini
didorong oleh keinginan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak
dijawab oleh Alkitab.
Alkitab memberikan pandangan Tuhan tentang neraka,
walau pun Ia tidak memberikan deskripsinya secara lengkap, tetapi
fakta-fakta yang ada di Alkitab sudah cukup bagi kita untuk mengerti
betapa mengerikannya neraka. Karena itu saat mempelajari pandangan
Alkitab tentang neraka (biblical view about hell) ini, kita perlu
memperhatikan fakta-fakta sebagai berikut.
Fakta 1. Neraka adalah suatu tempat
yang benar-benar ada. Neraka bukanlah sebuah ilusi melainkan suatu
tempat yang nyata. Walaupun tidak ada yang tahu persis letak neraka, hal
ini tidak menjadikan neraka sebagai sesuatu yang abstrak, tidak nyata,
atau khayalan belaka. Dua bukti yang mendukung fakta adanya neraka
adalah: Pertama, Yesus berbicara dan mengajar tentang
neraka. Tony Evans mengatakan, “bahkan Yesus sendiri lebih banyak
berbicara tentang neraka ketimbang sorga atau kasih”. Sebelas dari dua
belas kali kata gehenna (neraka) diucapkan oleh Yesus dan dicatat dalam
Perjanjian Baru. Bahwa Kristus berbicara lebih banyak tentang neraka
lebih dari semua tokoh lainnya dalam Alkitab menunjukkan kepada kita
betapa penting dan seriusnya hal neraka ini. Kedua,
adanya kematian manusia menunjukkan bahwa neraka itu ada. Penulis kitab
Ibrani mengatakan “Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya
satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi” (Ibrani 9:27). Kematian ada sebagai akibat dari dosa (Roma 6:23).
Upah yang pantas bagi manusia yang berdosa adalah neraka. Kematian itu
nyata, dan setiap orang pasti mati. Tony Evans meringkaskan “kematian
jasmani yang dapat dilihat dan bersifat sementara itu adalah suatu
kesaksian bagi kita mengenai hal-hal yang tak terlihat kenyataan kekal
dari apa yang Alkitab sebut sebagai kematian kedua (Wahyu 20:14), atau neraka”.
Fakta 2. Neraka adalah tempat
penghukuman akhir. Sebelum menuju ke neraka atau surga orang-orang yang
mati berada ditempat penampungan atau masa antara (intermediate state).
Semua orang mati pada masa Perjanjian Lama, baik orang-orang percaya
maupun yang tidak percaya, akan pergi ke tempat yang disebut sheol atau
hades. Contohnya, Kejadian 37:35; Ayub 14:13; Ayub 17:13; Mazmur 88:4; Yesaya 38:10
menunjukk pada orang-orang percaya yang hidup di masa Perjanjian Lama
yang saat mati pergi (turun) menuju hades atau sheol. Sedangkan contoh
untuk orang fasik yang tidak percaya yang juga masuk ke hades atau sheol
dapat dilihat dari ayat-ayat di dalam Ayub 17:13, Mazmur 31:8; Mazmur 49:15.
Sheol atau hades ini bukanlah surga dan bukan juga neraka, tetapi
tempat penampungan sementara orang-orang yang telah meninggal. Lokasi
dari sheol atau hades ini berada di pusat atau inti bumi (Bilangan 16:33; Efesus 4:9).
Bagaimana dengan Lazarus (yang di pangkuan Abraham) dan orang kaya yang disiksa dalam Lukas 16:22-31
Ada yang beranggapan bahwa “Pangkuan Abraham” adalah surga, sedangkan
tempat siksaan orang kaya itu adalah neraka. Hal ini tidak benar!
Lazarus dan Abraham bukan berada disurga tetapi di hades atau sheol.
Lokasi yang sama dengan orang kaya tersebut. Tetapi mereka dipisahkan
oleh “jurang yang dalam” yang mustahil dapat diseberangi (ayat 26). Yang
satu disebut “Pangkuan Abraham”, yang lainnya disebut “tempat siksaan
atau alam maut” (Ayat 24, 25, 28). Pangkuan Abraham ini disebut juga
firdaus. Ketika Yesus mati Ia menuju firdaus bersama-sama dengan pencuri
yang disalibkan disebelah kananNya, yang percaya kepadaNya. (Lukas 23:43; Efesus 4:8; 1 Petrus 3:19-20). Setelah kebangkitanNya Ia membawa mereka dan firdaus itu ke surga (di atas).
Lalu, bagaimana keadaan orang-orang mati yang hidup
pada masa Perjanjian Baru, yaitu masa setelah kebangkitan Kristus dan
masa Gereja? Alkitab menunjukkan bahwa orang-orang percaya pergi ke
firdaus dan langsung naik diangkat ke surga (2 Korintus 5:8; 2 Korintus 12:2-4; Filipi 12:30).
Sedangkan orang-orang yang tidak percaya tetap pergi ke sheol atau
hades, untuk disiksa sambil menunggu kebangkitan kedua, yaitu
penghukuman kekal (neraka/gehenna).
Fakta 3. Neraka itu bersifat kekal.
Fakta penting berikutnya tentang neraka menurut Alkitab adalah sifat
neraka yang kekal atau abadi (Matius 25:26). Kata Yunani untuk “kekal”
adalah aionios. Kata aionios ini disebutkan sebanyak 66 kali dalam
Perjanjian Baru. 51 kali kata ini digunakan dalam hubungannya dengan
kebahagiaan mereka yang selamat di sorga. Kata ini digunakan baik untuk
kualitas dan kuantitas kehidupan yang akan dialami orang-orang percaya
bersama Tuhan. Kata ini digunakan 2 kali dalam hubungan dengan durasi
Tuhan dalam kemuliaanNya. 6 kali kata ini digunakan dalam suatu cara
yang demikian sehingga tak seorang pun ragu bahwa itu bermakna
selamanya. 7 kali lainnya kata ini disebutkan dalam hubungan dengan
nasib orang-orang fasik atau disebutkan berkaitan langsung dengan
neraka. Hal ini menunjukkan bahwa neraka akan ada selama-lamanya, tanpa
akhir atau kekal. Salah satu rujukan paling jelas dalam Perjanjian Baru
pada kekekalan hukuman di neraka adalah Wahyu 14:10-11:
“maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa
campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api dan
belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak
Domba. Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai
selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa,
yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan
barangsiapa yang telah menerima tanda namanya”. Jadi, neraka adalah
satu-satunya tempat selain surga untuk menghabiskan kekekalan, dengan
kata lain, hanya ada dua tempat yang dituju setelah kematian, yaitu
surga atau neraka. Tidak ada pilihan alternatif! Saat ini keduanya masih
merupakan satu-satunya pilihan.
Fakta 4. Neraka pada mulanya
disediakan untuk Iblis dan malaikat-malaikat yang jatuh. Neraka pada
mulanya diciptakan bukan untuk manusia, tetapi merupakan tempat
pembuangan dan hukuman kekal bagi Iblis dan malaikat-malaikat
pengikutnya yang bergabung dalam pemberontakan terhadap Tuhan di surga. Yesaya 14:12
menyingkapkan rencana kudeta dan pemberontakan Iblis terhadap Tuhan
Sang Pencipta. Iblis memilih untuk menempatkan dirinya sebagai musuh
Allah dalam pemberontakannya melawan Allah.
Bagaimana mungkin mahluk ciptaan dapat melawan
PenciptaNya? Buktinya, Iblis dan malaikat-malaikat yang menjadi
setan-setan gagal dalam pemberontakan melawan Tuhan. Sebagai
konsekuensinya, maka Allah menyediakan suatu tempat hukuman yang akan
mengingatkan mereka selama-lamanya akan akibat dari pemberontakan rohani
mereka. Alkitab mengatakan “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang
di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang
terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis
dan malaikat-malaikatnya” (Matius 25:41).
Walau tujuan neraka diciptakan bukan untuk manusia,
namun orang-orang yang memiliki pilihan yang sama dengan Iblis akan
menderita hukuman yang sama. Sebagaimana kita harus memilih Kristus dan
surga, orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat juga akan masuk ke
neraka atas pilihannya sendiri bukan karena kebetulan.
Fakta 5. Neraka adalah tempat
siksaan dan penderitaan. Kengerian dari keberadaan neraka ini
dijelasakan oleh Alkitab sebagai berikut: Pertama, di neraka akan ada
kesadaran dan ingatan. Dalam Lukas 16:19-21,
si orang kaya segera tahu di mana ia berada. Juga ia ingat akan
identitasnya dulu sewaktu ia masih hidup di dunia, dan juga ingatan akan
Lazarus, dan lima saudaranya yang lain. Kedua, bagian terburuk dari
neraka adalah bahwa di sana akan ada siksaan dan penderitaan. Orang kaya
itu berkata “saya menderita dalam nyala api ini” (Lukas 16:24)
karena nyala api ini ia meresa dahaga hebat yang tak terpuaskan.
Selanjutnya, si orang kaya ini mendeskripsikan hades sebagai “tempat
siksaan ini” (Lukas 16:28; bandingkan Wahyu 14:10-11). Ketiga, bentuk kengerian lain di neraka adalah adanya ulat (belatung) yang tidak akan mati dan api yang tak terpadamkan (Matius 13:41-42; Markus 9:47-48).
Keempat, di neraka akan ada kesengsaraan, amarah dan frustasi
sebagaimana diungkapkan dengan kalimat “Semuanya akan dicampakkan ke
dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi”
(Matius 13:42). Kelima, Alkitab mengajarkan adanya tingkat-tingkat
hukuman di neraka, berdasarkan banyaknya dan sifat dosa yang mereka
lakukan dan penolakan terhadap Tuhan dan karyaNya. (Matius 10:15; 11:21-23). Semua ini menggambarkan betapa ngerinya neraka!
Fakta 6. Neraka adalah tempat yang
tertutup tanpa ada jalan keluar. Tidak ada yang dapat mengubah nasib
seseorang setelah kematian. Tidak ada seorangpun yang bisa kabur dari
neraka, dengan alasan apapun. Tidak ada purgatory, tidak ada kesempatan
kedua, tidak ada keringanan hukuman karena kelakuan baik, dan tidak ada
kelulusan. Seperti kata pepatah “seperti kematian menemukan kita,
kekekalan menahan kita”. Neraka adalah kenyataan (kebenaran) yang
terlambat dilihat. Begitu seseorang melihat dan masuk kedalamnya setelah
kematian jasmani, ia tidak akan dapat kembali lagi. Alkitab mengajarkan
kita kenyataan bahwa, yang terhilang tidak akan pernah pergi ke surga,
dan yang selamat tidak akan pernah pergi ke neraka (Matius 25:42: Bandingkan Lukas 16:26).
Fakta 7. Neraka adalah terpisah dari
Allah untuk selama-lamanya. Sebagaimana telah disebutkan di dalam
pemikiran dasar diatas, pada waktu Tuhan mencipta, semua yang
diciptakannya itu baik, bahkan sungguh amat baik (Kejadian
1:12,18,21,25,31). Tidak ada dosa, tidak ada kejahatan, tidak ada rasa
sakit, tidak ada kematian, dan tidak ada neraka. Salah satu hal baik
yang diciptakan Tuhan adalah bahwa mahkluk ciptaanNya memiliki kebebasan
untuk memilih yang baik. Agar mereka benar-benar memiliki pilihan,
Allah harus mengijinkan sesuatu yang berbeda dengan yang baik supaya
bisa ada pilihan. Karena itu Allah mengijinkan para malaikat dan manusia
untuk memilih yang baik atau yang tidak baik (jahat). Manusia dan
malaikat yang jatuh menggunakan pilihan bebas yang diberikan Allah itu
untuk memberontak terhadap Tuhan dan menginginkah hidup yang terpisah
dari Tuhan. Dengan kata lain sebagaimana yang ditegaskan oleh Norman I.
Gleiser dan Jeff Y. Amanu “Allah menciptkan fakta kebebasan, manusia
melakukan tindakan bebas tersebut; ciptaan membuatnya menjadi aktual”.
Manusia bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya (baca Kejadian
pasal 1-3). Satu-satunya tempat yang sudah Tuhan sediakan untuk pilihan
manusia yang ingin terpisah dari Dia adalah neraka, yaitu tempat
terpisah dari Allah selama-lanmanya. Ini adalah tindakan keadilan dari
Allah yang penuh kasih.
Pertanyaannya: siapakah yang akan
masuk neraka atau gehenna? Alkitab menyebutkan berikut ini urut-urutan
mereka yang akan dilemparkan ke dalam gehenna, yaitu: Binatang dan Nabi
Palsu (Wahyu 19:20); Iblis (Wahyu 20:10); Maut dan Kerajaan Maut (Wahyu 20:14); Orang-orang fasik yang namanya tidak tercatat dalam Kitab Kehidupan (Wahyu 20:15), yaitu orang berdosa dalam 8 kategori umum dalam Wahyu 21:8
“Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya,
orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal,
tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta,
mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala
oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua”.
EPILOG
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan dan diberikan saran sebagai berikut: Pertama,
pemikiran dasar dan fakta-fakta Alkitab di atas menegaskan kepada kita
bahwa sesungguhnya tidak ada alasan bagi seseorang untuk menyalahkan
Tuhan sebagai pribadi yang kejam, tidak adil, apalagi jahat. Lee Strobel
mengatakan ”Neraka bukanlah tempat di mana orang-orang ditempatkan
karena mereka orang-orang bodoh, tetapi karena mereka tidak mau
mempercayai hal-hal yang benar. Mereka ditempatkan disana karena,
pertama dan terutama menentang Pencipta mereka.... ingin menjadi pusat
dari alam semesta, dan yang bersikeras mempertahankan sikap memberontak
dan menentang Allah.
Kedua, Tuhan menghadapkan kepada
manusia dua macam kekekalan yaitu surga atau neraka. Demikian pula ada
dua pribadi yang disembah oleh manusia yaitu Yesus Kristus atau iblis.
Tidak ada alternatif, tempat netral atau pilihan ketiga. Setiap orang
harus memilih salah satu, Kristus atau iblis, surga atau neraka. Jikalau
seseorang memilih Kristus maka pasti ia akan masuk surga, Karena Yesus
berkata “Akulah jalan, dan kebenaran, dan hidup, tidak seorangpun sampai
kepada Bapa jikalau tidak melalui Aku” (Yohanes 14:6-7) Dan lagi “Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum” (Markus 16:15-16).
Jika seseorang memilih Iblis maka pasti ia akan masuk neraka. Setiap
orang yang menolak Tuhan Yesus Kristus berarti memilih iblis, entah
disadarinya atau tidak.
Ketiga, kita tidak dapat memprediksi
kapan kita mati. Masalah kematian merupakan misteri yang penuh dengan
berbagai teka-teki yang membingungkan. Tidak ada seorangpun yang tahu
kapan kematian itu akan datang menjemputnya. Tidak ada seorang pun yang
tahu pasti berapa panjang usianya di dunia ini. Bila kita melakukan
riset singkat ke kuburan, dan mencatat usia mereka yang meniggal,
pastilah kita akan menemukan berbagai jenis usia, mulai dari bayi, anak
kecil, remaja, pemuda, dewasa, dan orang tua yang usianya mungkin
mencapai 100 tahun sesungguhnya kita tidak bisa mengukur atau menebak
berapa usia seseorang. Statistik dunia memberitahukan kita bahwa setiap
dua setengah detik, ada seorang manusia yang meninggal dunia. Sekali
lagi, semua fakta memberikan kita teka-teki tentang misteri kematian,
sekaligus memberikan tanda peringatan agar kita bersiap-siap menghadapi
kematian bila datang menjemput. Pilihan-pilihan dalam hidup kita
sekarang ini akan menentukan kemana kita akan pergi setelah kematian.
Keempat, ajaran tentang neraka ini
seharusnya mendorong kita untuk lebih meyakinkan orang supaya datang
kepada Kristus Sang Juruselamat untuk menerima hidup kekal. Kematian
Kristus adalah untuk kebaikan umat manusia dan Allah tidak membatasi
siapapun dalam penyediaan kematianNya. Merupakan belas kasih Tuhan agar
semua orang diselamatkan (2 Petrus 2:9). Dalam penyediaanNya, Allah memberikan kesempatan yang sama untuk semua manusia (Yohanes 3:16; Roma 10:34; 2 Kor 5:15; 1 Timotius 2:4; Ibrani 2:9).
Tuhan telah menyediakan keselamatan untuk semua orang dan Roh Kudus
meyakinkan manusia agar menerima keselamatan. Walaupun demikian, Alkitab
juga mengajarkan bahwa tidak semua orang akan diselamatkan. Hal ini
terjadi karena penolakan dan ketidakpercayaan kepada Kristus (Yohanes 5:10; 2 Korintus 5:18-20; Titus 2:11).
Jelaslah bahwa keputusan untuk menerima atau menolak
Kristus adalah tanggung jawab manusia. Menolak Kristus berarti tidak
diselamatkan. Jadi apabila seseorang tidak menerima keselamatan, dalam
hal ini Allah tidak dapat dipersalahkan. Persediaan keselamatan cukup
untuk semua manusia. Sebagimana mana yang ditegaskan oleh Kevin J.
Conner “Allah tidak meluputkan seorang pun dalam penentuan belas
kasihanNya. Allah tidak ingin semua orang binasa. Tidak seorang pun akan
dilemparkan ke neraka karena kristus tidak mati bagi mereka, tetapi
karena mereka menolak tawaran Allah akan keselamatan di dalam Kristus”.
THANK YOU FOR YOUR VISIT, PLEASE COME BACK SOON...
Title: Ajaran Alkitabiah Tentang Neraka (Biblical Doctrine About Hell)
Written By Kristofani
Hopefully this article useful to you. If you wish to quote either part or all of the contents of this article, please include dofollow links to http://kristianporung.blogspot.com/2013/03/klik-x-untuk-menutup-hasil.html. Thank you for reading this article.Written By Kristofani
0 comments:
Post a Comment